Text to : hikacchi
Subject :
Cc :
Ano hikacchi sedang dimana?
Aku sedang bosan mau kencan? Aku jemput atau hikacchi tunggu di kantor?
Send~~
Pukul 19.43 seorang lelaki baru saja masuk kedalam mobil yang terparkir di
sebuah perusahaan entertainment terkenal di Jepang. Mobil biru itu melaju dan
berhenti di traffic light. Haruka takanashi seorang idol sekaligus model
terkenal yang baru saja naik daun dengan 4 orang lainnya. Ia kerap dipanggil
dengan nama Harucchi oleh fans dan beberapa orang terdekatnya. Handphone haruka
bergetar, bergegas ia membuka email dari seorang gadis.
Text to : haru-kun
Subject : XD
Cc :
Eh? haru-kun ingin kencan?
Serius? Aku juga sedang bosan, aku ada diapartement sedang istirahat. Tentu
saja haru-kun yang menjemput segera ya.
Begitu membaca email, haruka menancapkan gasnya menuju sebuah apartement
didaerah jalan harajuku. Tak makan waktu yang lama karena jalan itu sangat
dekat dengan perkotaan. Haruka memarkirkan mobilnya didepan apartement dan
masuk begitu saja. Seluruh mata memandanginya dan mulai terdengar
bisikan-bisikan dan mata yang berbinar menatap haruka yang lewat dan langsung
menuju lift.
“tatapan yang mengerikan” ujarnya pelan sambil menaikan kacamatanya yang
menjadi kebiasaannya “seperti ingin menelan saja, membuat merinding” ucapnya
sambil memeluk tangannya sendiri.
Lift berhenti dilantai 23 dan ia berjalan menuju kamar milik hikari
tachibana.
“kenapa dia memilih tinggal disini daripada denganku, apa dia takut dengan
kaedecchi?” tangannya memegangi dagunya seakan berfikir dan ia mengetuk pintu
dengan tulisan “Tachibana Hikari”
“sumiasen hikacchi, ini aku takanashi” pintu itu terbuka dan muncul gadis
dengan rambut bergelombang yang langsung memeluknya.
“huaaah haru-kunnnn hisashiburi ne, masuk cepat” gadis itu menarik lengan
haruka dan menutup pintu tersebut.
“apa maksud hisashiburi itu hikacchi?” seperti biasa ketika serius ia
selalu menaikan kacamata setengah fram itu dan menatap hikari tachibana.
Hikari tachibana seorang model professional dengan tinggi badan 178cm dan
memiliki mata biru dan kulit putih. Hikari bekerja di agensi yang berbeda
dengan haruka, itu membuat mereka jarang bisa bertemu. Ditanya demikian hikari
malah tersenyum nakal menatap haruka.
“heeh haru-kun kalau serius kawaii ne, seperti ingin kutelan saja” setelah
mengatakan itu ia malah tertawa dan memeluk leher haruka “haru-kun tidak ingin
tidur disini lagi?” ucapnya manja
“sudah kukatakan aku ingin kencan bukan tidurkan hikacchi, apa itu perlu
kuulangi?” haruka melingkarkan tangannya dipinggul hikari
Hikari sedikit terkejut melihat perubahan dari haruka “eh? kupikir haru-kun
tak akan memeluk pinggulku, apa rei-chan yang mengajarinya?” wanita dengan mata
biru itu tertawa pelan dan wajah haruka menyemburat merah “ara~ sepertinya aku
benar” hikari kembali tertawa
“urusai na hikacchi, jangan bicarakan lelaki lain ketika denganku” ucapnya
sambil malu malu “aku ingin kencan apa hikacchi mau? Kalau tidak aku pulang
saja” haruka mengecup kening hikari setelah mengucapkan kalimat tadi.
“heeeeh~ kan aku ingin berlama lama disini dengan haru-kun. Ne ne ne aku
ganti baju dulu kalau begitu” hikaru melepas pelukannya dileher haruka dan lari
menuju kamarnya.
Haruka kembali duduk sambil melipat kakinya, memperhatikan tiap sudut
ruangan sampai pada matanya tertujuh pada wanita yang baru keluar dari pintu
kamarnya. Wajahnya bersemu merah melihat baju terusan bunga berwarna biru gelap
seperti rambutnya, wanita itu berjalan sambil melompat berputar hingga terusan
itu berputar mengitari kakinya yang panjang,
dengan beralaskan sebuah sepatu hak tinggi berwarna serasih dengan
terusannya, rambut yang gelombang itu dikuncir setengah dengan make up yang
natural.
“ne haru-kun” hikari membunyarkan lamunan haruka dengan satu kedipan mata
“bagaimana? Apa ada yang kurang? Ini cocok denganku kan? Warnanya aku suka,
mirip dengan rambut haru-kun” hikari dengan semangat menjelaskan tujuannya
“gzz aku hampir kehilangan kesadaran,” haruka memegangi kepalanya dan mulai
menaikan kacamata seperti biasanya.
“heeeh? Haru kun sakit? Apa aku buat salah? Etto haru kun tidak enak badan
ya?” hikari mulai memegangi pipi haruka dan menatap khawatir.
Wajah haruka seketika memerah dan menggeleng pelan, haruka berdiri dan
tersenyum lembut kearah hikari, haruka berjalan kearah pintu dan membukakannya
untuk hikari.
“lady first” ujarnya sambil membungkuk
“ara~ haru kun berlagak seperti butler ya, manisnya” hikari tersenyum dan
mengandeng tangan haruka menuju lift apartement.
Hikari mengenggam tangan haruka erat seakan tak ingin melepaskannya,
didalam lift hanya ada mereka berdua haruka tak bergeming sama sekali, wajahnya
masih merah, hikari pun demikian tak mengeluarkan suara sampai kemudian haruka
melihat hikari dari ujung matanya,
DEG !
‘ck! Sial, tak mungkin aku menyerangnya disini’ ujar haruka dalam hati sambil meneguk liurnya sendiri ‘dia terlalu manis, bisa bisa aku mimisan, tapi kalau aku mimisan bisa bisa aku dianggap mesum, argh! Sial sekali apa-apaan ini jantungku berdekup terlalu cepat’ haruka terus berkicau dalam hatinya dan kemudian hikari menatapinya bingung
“nani haru-kun? Apa ada yang salah?” hikari angkat bicara
“na-na-nandemonai he-hehehe” haruka menjawab kikuk dan memegangi kepalanya sendiri sambil menaikan kacamatanya
“hee? Souka na haru-kun, ano… aku dari tadi berharap haru kun mau menciumku” hikari menatap mata haruka tajam dan mata birunya mulai keruh “apa haru kun tidak ingin menyentuhku? Hika sedikit kecewa ne haru kun hiks” hikari mulai menangis pelan
Haruka mulai bertambah kikuk dan kebingungan sendiri melihat hikari yang
mulai mengeluarkan air mata “hee iee iee hikacchi aku ano etto bukan begitu
maksudku,” ucapnya
“nee lalu apa? Hika tidak cantik? Tidak manis? Terlalu menor? Huuhuuhuu” hikari mulai memukul pelan lengan haruka dengan tinjunya yang kecil
“ano- etto dari tadi hikacchi terlihat kawaii sampai jantungku ingin copot,
dan lagi bisa bisa aku mimisan melihat hikacchi seperti itu, ano- aku etto zz
dari tadi berfikir untuk menyerang hikacchi tapi takut jika hikacchi tidak
senang diperlakukan demikian” haruka menjelaskan panjang lebar sambil memegangi
pipi hikari dan mulai mengusap air mata yang keluar dari sana “hikacchi sudah
sangat imut, tidak ada menor kok, hikacchi membuatku hampir mimisan” haruka
menjilati mata hikaru dengan lembut.
Hikaru memejamkan matanya kanannya yang dijilat oleh haruka, ia masih
sedikit terisak, waktu mengalir sedikit lama, haruka mulai mengecup lembut
bibir hikaru dan memasukan lidahnya kedalam rongga mulut hikari, hikari agak
terlonjak namun tetap menikmati permainan lidah haruka malah hikari sedikit
lebih agresif untuk memainkan lidahnya, tangannya menarik lembut rambut haruka,
lengan haruka yang besar dan kekar memeluk pinggul hikari, kini kecupan haruka
tak hanya sampai di bibir kini bibirnya berpindah dileher hikari, dengan pelan
mulai membuat tanda disana sambil terpejam hikari mengeluarkan lenguhan dan
menarik pelan rambut haruka. Haruka mengecup kening hikari dan kemudian matanya
setelah itu ia berdiri tegak tepat saat pintu lift terbuka. Haruka
dengan senyum khas nya mengandeng tangan hikari dan berjalan menuju parkiran
mobil tempat haruka meninggalkan mobilnya. Haruka membukakan pintu mobil untuk
hikari dan ia baru masuk setelah memastikan hikari mengenakan sabuk
pengamannya, kemudian mobil melaju kencang hingga hanya dalam beberapa menit mereka sampai
ditempat tujuan mereka.
Beberapa menit yang lalu
“ne hikacchi ingin kita kemana?” haruka memastikan saat masih didalam mobil
“hmm etto bagaimana kalau ke restoran saja haru-kun, ada loh makanan yang mungkin haru-kun akan suka hehehe mau ya ya ya nee haru-kun” ucapnya manja
“ha’i ha’i tunjukan saja jalannya aku akan antar hikacchi kesana” menyalakan mesin mobil dan bersiap menuju restoran yang ditunjuk oleh hikari
Setelah sampai haruka membukakan
pintu mobil dan masuk berdua untuk makan malam, seperti biasa layaknya wanita
pada umumnya hikari hanya pesan makanan dengan kalori yang rendah sedang haruka
memesan steak daging dengan saos pedas. Setelah dirasa cukup mereka bebelanja
dan haruka mengantar hikari pulang. Mereka hari ini banyak membahas soal
pekerjaan dan juga sekolah hikari, sebelum pamit pulang hikari menawarkan untuk
menemaninya malam ini, namun haruka menolak dan mengecup bibir hikari kemudian
berjalan menuju lift, sebelum sampai di lift handphone haruka bunyi dan dilayar
ada tulisan nama ‘reicchi’
“moshi moshi, haruka desu” ucap haruka
“etto harucchi sedang dimana? Lebih baik jangan pulang, sotacchi sedang mengamuk bisa bisa kau….itttaiiii baka ne! jangan pulang kau akan mati jika…oeee baka!” suara seseorang sedang berteriak dan suara sesuatu sedang jatuh terdengar dari seberang sana.
“hee? Nande reicchi akukan harus pulang” haruka sedikit geram mendengar suara ribut diseberang sana
“pokoknya…omae !! baka aho!! ‘prankk’ ‘duakk’ ughhh! Aho…”
“harucchi jangan pulanggggg!! Hiyaaa sotacchi bakaaa”
Kaede yang biasanya sering
tertawa kali ini terdengar lebih serius, mau tidak mau haruka hanya bisa
menjawab ia akan menginap di apartement hikari.
“omae ! jangan ribut, ketika aku pulang aku tak ingin dapur atau rumah kita berantakan” ia mematikan sambungan dengan handphone rei dan memutar tubuhnya kembali kedepan pintu kamar hikari.
Knock knock knock
Pintu itu diketuknya dan hikari
berteriak dari dalam, mengetahui kalau yang diluar adalah haruka cepat cepat ia
membukakan pintu dan memeluk haruka. Mata haruka hampir lepas dari tempatnya
melihat gaun malam yang dikenakan hikari. Marna shappire blue dan lengan satu
hanya sebatas paha itu membuat hikari Nampak lebih tinggi dari yang
kelihatannya.
“ne apa haru-kun berubah pikiran? Ingin menemaniku?” hikari menarik tangan haruka sama seperti sebelumnya.
“iee reicchi menyuruhku untuk tidak pulang karna sotacchi sedang mengamuk malam ini, mungkin cake loli yang kubuat untuknya sudah habis dimakan reicchi” jelas haruka yang berbarengan duduk
“hee? Souka na haru-kun, ne aku lelah ayo tidur ne haru-kun” hikari Nampak lebih manja dari sebelumnya, ia kini mulai berani menempelkan dadanya pada tangan haruka. Haruka hanya mengangguk dan berjalan menuju ruang tidur hikari. Tanpa basa basi hikari merebahkan dirinya ke Kasur sambil tersenyum, haruka hanya menaikkan sebelah alisnya dan memingkan kepalanya tanda ia sedikit kebingungan, kacamatanya agak menurun dan ia melepasnya, pandangannya agak kabur dan ia duduk disofa ruangan itu dan berbaring, melihat itu hikari sedikit jengkel. Hikari berjalan menuju sofa dan langsung menduduki badan haruka tanpa permisi, si pemilik badan terkaget melihat ekspresi jengkel dari hikari. Haruka hanya diam dan menutup wajahnya dan menguap lebar. Melihat itu hikari makin jengkel dan langsung mengecup dan memasukan lidahnya kemulut haruka, haruka sontak terkaget dan terduduk, matanya terbelalak dan kemudian tersenyum menyeringai. Tanpa hikari duga tangan haruka sudah melepas tali bra miliknya yang mudah sekali untuk dilepas, disela ciuman mereka tangan haruka bermain lembut disekitar tengkuk dan punggung hikari. Sedikit melenguh hikari menampakkan wajah merahnya, dan menggigit telinga haruka, tak mau kalah haruka pun menggigit tengkuk hikari gemas, dan menjilati hampir seluruh leher dan pundak milik hikari.
Selang beberapa waktu melakukan
seperti itu, haruka menggendong hikari menuju Kasur dan berada tepat diatasnya,
mereka kembali bercumbu, kali ini haruka mulai berani untuk menyentuh dan
memegang oppai milik hikari, beberapa kali hikari melengguh ketika putting
miliknya dicubit oleh jemari haruka, dengan wajah malu hikari membisikan
beberapa kata yang tak pernah haruka sangka.
“ano haru-kun, ajari aku untuk lebih tau tentang haru-kun, aku ingin tau tentang haru-kun semuanya tentang haru-kun, kumohon biarkan aku mengetahuinya” kata kata itu langsung membuat haruka naik darah, kini ubun ubunnya sudah sangat panas, ia sudah tak dapat berfikir jernih, dibawah selimut dengan lampu kamar remang dan jendela lebar yang menampilkan kelap kelip perkotaan kala malam, dua insan itu memadu cinta mereka,
Lengguhan demi lengguhan hikari keluarkan, beberapa kali hikari menggigit bibirnya dan mencakar punggung haruka, saat sesuatu itu memasuki dirinya, beberapa kali juga hikari mengeluarkan airmata yang kemudian dijilat oleh haruka.
Malam semakin larut semakin pula
mereka saling melakukannya, waktu bahkan tak bisa menghentikan perbuatan
mereka. Hikari kian jadi menangis dan melengguh diwaktu yang bersamaan, haruka
tetap merasa bersalah dan terus menerus melakukan itu.
03.45 dini hari
Mereka tertidur lelap, hikari memeluk tubuh telanjang haruka, dan haruka merangkul hikari, malam itu hanya mereka berdua yang tau apa yang mereka lakukan, saat matahari pagi mulai menampakan diri, saat itu juga sebuah cincin melingkar dijari manis hikari.
“tachibana hikari, mau menikah
denganku?” haruka dengan masih posisi yang sama mengecup hikari yang tengah
melihat kilauan cincin yang melingkar dijarinya, pantulannya begitu mempesona
ketika matahari menerpanya, butir air mata menetes dan pecah menjadi tangisan,
hikari hanya mengangguk sambil menangis dan memeluk haruka yang masih ada
ditempat tidur.
-end